Teori pembangunan permukaan bumi. Bumi yakni planet tempat kita hidup jadi manusia dan bermacam makhluk hidup yang lain. Bermacam teori konspirasi mengenai bumi sebutkan kalau bumi terbagi dalam bagian-bagian atau susunan, mulai dengan pokok sampai kerak bumi sebagai susunan paling luar.
Kerak bumi sebagai susunan paling luar yang membuat permukaan bumi berbeda wujud dari sekian waktu. Akan tetapi proses ini tidak bisa dicermati atau didalami langsung, maka dari itu dibutuhkan satu model dan pendekatan untuk bikin satu teori. Karena itu, banyak pakar atau intelektual yang menyampaikan teori pembangunan permukaan bumi.
Dalam perubahannya, tampil teori-teori mengenai pembangunan permukaan bumi oleh beberapa pakar, antara lain teori pergesekan benua, teori kontraksi, teori konveksi, teori peralihan fundamen laut, teori dua benua dan teori lurus. tektonik.
Teori Apungan Benua
Teori apungan benua pergesekan benua atau teori pergesekan benua diajukan oleh Alfred Lothar Wegener. Dia mengakui sebelumnya cuma ada satu benua besar, adalah Pangaea, dan satu samudra namanya Pathalasa. Akan tetapi seiring bersamanya waktu, Pangaea memotong kemudian merasakan gerakan lamban ketujuan ekuator dan barat sampai menggapai tempatnya sekarang. Pergerakan ini dianggap jadi akibatnya karena perputaran bumi, yang mengakibatkannya menuju ke arah ekuator dan gravitasi bumi dan bulan mengakibatkannya menuju ke arah barat.
Wagner mendasarkan teorinya pada beberapa bukti, seperti keserupaan garis pantai Afrika Barat dengan Amerika Selatan sisi timur, dan keserupaan bebatuan dan fosil di ke-2 area itu.
Teori Kontraksi
Descrates yakni orang pertama yang mengungkap teori ini. Dia mengakui kalau bumi berkurang dan berkurang gara-gara proses pendinginan. Proses dari ini terbentuk relief berwujud tanah, lembah, dan pegunungan. Teori penyusutan dianalogikan dengan apel, yang kulitnya dapat berkurang waktu sisi dalamnya jadi kering.
Teori Konveksi
Teori konveksiĀ ini memperjelas kalau di astenosfer ada saluran konvektif ketujuan susunan kerak bumi. Teori yang diajukan oleh Harry H. Hess ini memperjelas kalau konveksi mengalihkan material lava ke atas bumi di punggungan samudra tengah (middle ocean ridge).
Di pucuk punggungan samudra tengah, lahar selalu didorong ke atas sebab arus pakta, lalu menebar ke ke-2 segi, membeku, dan membuat susunan baru kerak bumi untuk menukar kerak yang lama. Saluran konvektif ini muncul lantaran lapisan-lapisan pada kerak bumi semakin lebih dingin dari lapisan-lapisan didalamnya, maka dari itu massa yang bersuhu tinggi mengucur turun ke wilayah yang bersuhu rendah.
Teori Pegeseran Laut
Teori pergesaran laut yang diciptakan oleh Robert Diesz sebagai ekstensi dari teori konveksi. Diesz mendalami umur sedimen fundamen laut dari segi punggungan fundamen laut di ke-2 seginya. Sepanjang pengamatannya, dia mendapatkan kalau makin jauh dari fundamen laut, makin tua sedimennya.
Teori Dua Benua
Teori dua benua diajukan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor. Mereka mengakui kalau sebelumnya ada dua benua khusus, adalah Laurasia di Belahan Bumi Utara dan Gondwana di Belahan Bumi Selatan yang dipisah oleh Samudera Tethis.
Ke-2 benua ini perlahan dekati ekuator sampai terpecah jadi lebih kecil. Gondwana terdiri jadi benua Afrika, Australia, Amerika Selatan dan anak benua India. Sedang Laurasia terdiri atas benua Asia, Eropa dan Amerika Utara.
Teori Lurus Tektonik
Banyak pakar yang memandang teori lusur tektoknik ini jadi teori yang bisa memperjelas proses aktif yang terjadi di Bumi. Teori ini pertamanya kali diajukan oleh F. Vibe dan D. Matthews di tahun 1963, yang memperjelas kalau bumi dibikin dari lurusan-lempengan yang bergerak seperti arah dan kecepatannya. Pelat bergerak makin dekat dan makin jauh. Gara-gara gerakan lurus tektonik, muncul batasan-batas berikut ini:
Batasan konvergen (Converging limit) yakni batasan lurus yang sama-sama merapat dari arah yang terbalik. Pada batasan ini lurus-lempeng sama-sama bertubrukan maka dari itu mengakibatkan rekahan yang menimbulkan timbulnya Gunung Apo dan palung laut. Misalkan diskusi lurus Indo-Australia dan lurus Eurasia di Indonesia, menimbulkan terdapatnya tapak jejak vulkanik di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.